Willy: NasDem Hanya Berupaya Jujur, Meski Tak Dukung Kader
Kemudian, kata anggota Komisi IX DPR RI itu, NasDem menentukan pilihan tentang capres-cawapres jelang pendaftaran.
“Itu bukan gaya NasDem. NasDem selalu menyatakan di depan, tidak bertele-tele dan basa basi dan itu sudah dipraktikkan di banyak pilkada,” ujar Willy. Soal elektoral, dia menyadari sebuah partai akan mengalami situasi pasang dan surut. Namun, NasDem tetap punya kepercayaan diri dan muruwah untuk bisa memenangkan Pemilu 2024.
“Jadi, di pemilu-pemilu sebelumnya juga begitu. Dalam survei, NasDem boleh rendah, tetapi itu tidak membuat NasDem berkecil hati dan terus bekerja. Hasilnya, kan, bisa teman-teman lihat sendiri,” ujarnya. Sebelumnya, Sekjen DPP PDIP Hasto Kristiyanto mengungkapkan capres-cawapres ideal yang diinginkan Megawati Soekarnoputri.
Menurutnya, Presiden Kelima RI itu mencari seorang sosok pemimpin yang kuat secara ideologis, kerap berkeliling ke seluruh Indonesia, dan benar-benar mengenal rakyatnya. Dengan berkeliling Indonesia, menurut Hasto, orang itu memahami kondisi Indonesia dengan keragaman budaya, sumber daya alam, hingga kondisi geografisnya yang dikelilingi lautan. Megawati, lanjut Hasto, juga mencari sosok pemimpin yang bisa menyelesaikan masasalah rakyat dan membangun masa depan.
“Kader PDIP harus taat asas. Ibu Mega mempertimbangkan yang terbaik bagi bangsa dan negara, mencari pemimpin yang betul-betul mengakar pada rakyat, dipimpin oleh ideologi Pancasila sehingga bisa menentukan arah masa depan. Itu yang dicari Bu Mega,” urai Hasto saat hadir di Rapat Tiga Pilar PDIP Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng), Minggu (17/7).
Hasto secara khusus meminta pengurus dan kader partai, termasuk di Kalteng, untuk tak terpengaruh mengenai capres-cawapres. Sebab, hal itu akan diputuskan oleh Megawati. Hasto juga mengatakan tantangan lain di 2024 adalah ancaman radikalisme dan kekuatan yang ingin mengganti Pancasila. “Kita harus jaga soliditas menghadapi berbagai tantangan ideologis,” pungkas Hasto.
Karena itu, Hasto mengajak kader PDIP lebih memilih bergerak ke bawah dibanding berwacana. “Kita tidak perlu ikut menanggapi apa yang dilakukan pihak lain. Ada satu partai yang elektoralnya turun, kemudian mencoba memunculkan kader partai lain, bahkan mencalonkan sosok yang seharusnya netral dalam politik. Hal-hal seperti ini biarkan rakyat yang menjadi hakim politik,” tegas Hasto. (ast/jpnn)
Peliput: JPNN.Com