Ketua Komisi XIII: HAM Tidak Bisa Hanya dengan Omon-omon
Ketua Komisi XIII DPR RI, Willy Aditya, menekankan pembangunan HAM tidak bisa hanya dengan kata-kata. Ia menyebut, pendekatan pembangunan HAM juga harus dilakukan dengan tindakan nyata.
Hal itu disampaikannya saat menghadiri rapat koordinasi Kementerian HAM, di Sultan Hotel & Residence, Jakarta, Rabu (22/1).
“Jadi ibu bapak semua di Kementerian HAM, HAM ini tidak bisa hanya dengan omon-omon, enggak bisa. Enggak mungkin, tuh,” kata Willy dalam sambutannya, Rabu (22/1).
“Enggak mungkin HAM hanya dengan omon-omon, yang ada hamburger jadinya. Enggak bisa. HAM tidak bisa dengan pendekatan omon-omon, exactly,” jelas dia. Menurutnya, pembangunan karakter membutuhkan waktu yang panjang. Setidaknya, lanjut dia, minimal selama 12 tahun.
“Kenapa? Di dalam sebuah timeline membangun karakter itu 12 tahun minimal. Kalau kita belajar dari bagaimana Bung Karno membangun etape revolusi Indonesia. Revolusi 17 Agustus, tuh, namanya revolusi fisik,” ucap Willy.
“Revolusi kedua dia katakan apa? Nation and character building. Itu minimal 12 tahun tanpa putus,” paparnya. Willy juga mencontohkan langkah yang dilakukan oleh negara lain, seperti Australia dan Jepang. Di Australia, misalnya, ia menyinggung bahwa pembelajaran disiplin membutuhkan waktu 12 tahun tanpa terputus.
Willy menyebut, bahwa hal tersebut membutuhkan simulasi dan pembiasaan yang tak pernah henti. “Itu bukan omon-omon. Itu adalah exercises. Jadi, apa pendekatan HAM yang paling penting dalam proses pembangunannya? Exercise, simulasi,” imbuh dia.
Dalam kesempatan itu, Willy juga mewanti-wanti pejabat di Kementerian HAM agar tak menghadirkan diskriminasi.
Pasalnya, lanjut dia, kementerian tersebut mesti menjadi contoh dalam menerapkan asas kesetaraan bagi masyarakat.
“Jangan kemudian Kementerian HAM terjadi diskriminasi gitu. Kementerian HAM tidak berlaku adil,” tutur dia. “Padahal itu kalau bahasa kampung saya itu, Ibu Bapak semua, ‘tungkek mambaok rabah’ [tongkat membawa rebah]. Justru dia yang kemudian tidak bisa menjadi teladan,” pungkasnya.
*sumber : kumparan