
Reuni Aktivis 98, Dialog Kebangsaan Bersama Ketua Komisi XIII DPR RI Willy Aditya di Kopi Aspirasi Makassar
Diskusi ini dibuka langsung oleh anggota DPR RI, Partai Nasdem Rudianto Lallo, yang menekankan pentingnya menjaga ruang dialog di tengah situasi bangsa yang semakin terpolarisasi. Ia menyebut, Kopi Aspirasi dibuka bukan sekadar tempat ngopi, tetapi menjadi wadah diskusi ide dan gagasan lintas generasi. “Saya ingin tempat ini jadi rumah bagi siapa pun yang ingin membicarakan bangsa. Tempat kita berdiskusi tentang negara, tentang rakyat, dan tentang keadilan,” ujarnya.
Lebih lanjut, Ketua Kelompok Fraksi (Kapoksi) Partai NasDem Komisi III DPR RI, Rudianto Lallo itu juga mengapresiasi kehadiran para aktivis senior dan mahasiswa dari berbagai kampus. Ia menyampaikan bahwa banyak tokoh gerakan hadir malam itu, termasuk para aktivis 98 yang pernah menjadi garda depan dalam mendorong reformasi.
Acara yang dipandu oleh wartawan senior Tribun Timur ini berlangsung hangat dan penuh antusiasme. Moderator menyoroti pentingnya menghidupkan kembali semangat gerakan mahasiswa lintas zaman dan mengingatkan bahwa sejarah kebangsaan Indonesia tidak berhenti pada momen-momen besar seperti 1908, 1928, atau 1945, tetapi harus terus ditafsirkan ulang oleh generasi hari ini.
Sementara Willy Aditya menyampaikan pentingnya memaknai sejarah bukan sekadar narasi masa lalu, tetapi sebagai bahan bakar gerakan di masa depan. Ia menyebut bahwa imajinasi adalah fondasi berdirinya sebuah bangsa. “Tidak ada bangsa tanpa imajinasi. Indonesia lahir dari mimpi para pemuda,” ujarnya.
Willy juga menyinggung bagaimana Pancasila dan UUD 1945 pernah digunakan sebagai alat legitimasi kekuasaan yang represif pada masa Orde Baru. “Simbol bisa sama, tapi cara memperlakukannya bisa sangat berbeda. Kita harus waspada ketika simbol-simbol negara digunakan untuk membungkam rakyat,” katanya dengan tegas.
Ia menambahkan bahwa perjuangan kebangsaan bukanlah hasil titipan, melainkan lahir dari tangan rakyat sendiri. Menurutnya, generasi muda saat ini memiliki tugas besar, tidak hanya mewarisi sejarah, tetapi juga membentuk arah masa depan bangsa.
“Jangan gantungkan mimpi kalian hanya pada pundi-pundi uang, jabatan, atau popularitas. Bangunlah mimpi Indonesia yang baru, yang tumbuh dari keberanian dan imajinasi kalian,” tutup Willy Aditya dalam orasinya yang disambut tepuk tangan peserta.
Untuk diketahui, Dialog kebangsaan ini dihadiri oleh berbagai elemen aktivis lintas kampus di Makassar, tokoh pergerakan daerah, serta pegiat lintas agama dan profesi bahkan mantan aktivis 98 serta Wakil Rektor III Universitas Negeri Makassar turut hadir dalam diskusi tersebut. Diskusi berlangsung interaktif, membuka ruang tanya-jawab, dan menyepakati pentingnya memperkuat narasi kebangsaan yang inklusif di tengah tantangan zaman. (*)