Posted on / by Willy Aditya / in Berita

Willy Aditya di Hadapan Aktivis Makassar: Ayo Bangkitkan Nasionalisme dari Asrama

Membangun semangat nasionalisme dari asrama. Begitulah gagasan ide dari Ketua Komisi XIII DPR RI, Willy Aditya di hadapan aktivis Kota Makassar. Diskusi itu berlangsung di Kopi Aspirasi, Jl AP Pettarani, Kecamatan Panakkukang, Kamis (7/8/2025) malam.

Dihadiri aktivis dari berbagai latar belakang organisasi dan lintas generasi. Diskusi dipandu moderator Wapemred Tribun-Timur, AS Kambie. Dengan tema, ‘Transformasi Gerakan Kebangsaan dari Masa ke masa’. Ketua Komisi membidangi hukum dan HAM, serta keimigrasian, pemasyarakatan dan penanggulangan terorisme itu, menyoroti kehidupan berasrama ala mahasiswa saat ini.

Menurutnya, trend mahasiswa kuliah di kota-kota besar, masih memakai pola lama. Yaitu bergaul atau berinteraksi dengan sesama mahasiswa asal daerahnya. Ia mencontohkan mahasiswa dari berbagai daerah menimbah ilmu di Yogyakarta. Kata Willy, tidak sedikit mahasiswa dari daerah luar Jawa kuliah di Yogyakarta, yang tak paham keberagaman.

Itu disebabkan, karena mereka terkooptasi pada kehidupan asmara yang menampung mahasiswa asal daerahnya saja. Padahal, kata dia, sejatinya kehidupan berasrama mampu menghadirkan ruang-ruang dialegtika antar sesama anak bangsa.

“Hidup di Jogja tapi tidak bisa bahasa Jawa, kan edan itu,” ucapnya. Fenomena serupa kata Willy, juga dijumpai di Kota Makassar.

Mahasiswa dari luar kota Makassar, kata dia, kebanyakan hanya bergaul dengan sesamanya. “Toh orang Papua pergi kuliah di Makassar, mereka tetap hidup di asrama Papua,” ungkap Willy. “Jangankan itu, tetangga kita Gowa aja datang ke Makassar, dia hidup juga di asrama Gowa sini,” lanjutnya.

Fenomena berasrama ‘premodial’ seperti itulah menurut Willy, menggerus semangat nasionalisme mahasiswa saat ini. “Jadi dia tidak pernah menjadi Indonesia, atau setidak-tidaknya tidak pernah jadi Sulsel,” sebutnya. Dampak buruk lain dari kehidupan berasrama secara etnisitas kata dia, adalah munculnya ego sektoral.

Bahkan, kehidupan berasrama yang hanya mengakomodir interaksi mahasiswa asal daerah sama, dikhawatirkan menjadi bom waktu menguatnya politik identitas. “Artinya kalau kita berkaca pada hari ini, bangkitnya politik identitas primordial berbasis etnisitas itu,” bebernya.

Olehnya itu, di momen HUT Kemerdekaan ke-80 Republik Indonesia ini, Willy mengajak mahasiswa kembali menumbuh semangat nasionalisme. Willy tidak ingin, memudarnya semangat nasionalisme berdampak buruk pada keutuhan bang dan negara.

Ia berkaca pada kebangkitan Yugoslavia setelah terpecah belah. Menurutnya, bangkitnya Yugoslavia saat ini tidak terlepas dari kesadaran kolektif khususnya para pelajar mereka yang hidup bersama dari satu lingkungan asrama. Dengan memupuk rasa keberagaman dan kebersamaan dalam kehidupan berasrama, maka semangat nasionalisme itu akan terus hadir.

“Di sanalah menjadi inkubator semangat patriotisme, nasionalisme,” cetusnya .Ia pun berharap pemerintah di masing-masing daerah, dapat berembuk untuk menghadirkan asrama bersama. “Dan saya harap Makassar menjadi kota percontohan asrama bersama itu,” imbuhnya.(*)

*sumber : Tribunnews

Tinggalkan Balasan