NasDem Minta Prabowo Berhenti Berpolitik Ngawur
Calon Presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto telah menyampaikan bahwa tingkat korupsi di Indonesia sudah seperti kanker stadium empat. Hal itu disampaikan Prabowo pada acara The world in 2019 Gala Dinner, yang diselenggarakan oleh majalah The Economist di hotel Grand Hyatt di Singapura.
Menanggapi pernyataan Prabowo tersebut, Ketua DPP Partai Nasdem, Willy Aditya, mengingatkan, jika dikomparasikan dengan data yang pernah dirilis oleh Transparansi Internasional tahun 1999, Pencegahan dan pemberantasan korupsi di Indonesia terus mengalami kemajuan.
Menurut Willy, pada zaman Orde Baru (Orba), posisi Indonesia yang terburuk di Asia Tenggara. Sedangkan saat ini posisi Indonesia hanya berada di bawah Singapura, Malaysia dan Brunei Darussalam.
“Prabowo harus bisa membedakan sistem yang berjalan di negara otoriter seperti zaman orde baru dan era demokrasi sekarang. Di Jaman orde baru jika ada orang yang berani kritik karena korupsi maka bisa-bisa orang tersebut akan dibungkam. Berbeda dengan sekarang yang semua harus transparan,” kata Willy Aditya, Sabtu (1/12) di Jakarta.
Willy Aditya juga menyampaikan, kekuasaan di era Orde Baru sangat tertutup dan absolut di tangan penguasa. Sedangkan era demokrasi kekuasaan tersebar, bahkan Indonesia menjalankan otonomi daerah.
“Dan yang perlu diingat zaman Ode Baru, aparat keamanan bekerja sesuai kebutuhan penguasa. Setelah reformasi hal itu ditata ulang bahkan kita melahirkan KPK sebagai ujung tombak pemberantasan korupsi bersama Kejaksaan dan Polri,” ujarnya.
Dikatakan, kalau saja Prabowo mau jujur, pemberantasan korupsi saat ini tentunya disebabkan keterbukaan dan pemisahan kekuasaan antara lembaga eksekutif, legislatif dan yudikatif.
“Apa penegak hukum zaman Orde Baru berani seperti sekarang? Dan perlu kita ingat Gerindra itu paling banyak mengajukan Caleg mantan koruptor. Jadi Prabowo sebaiknya berhentilah menggunakan cara kampanye ngawur, dan berikanlah gagasan untuk pembanding,” tutup Willy.
Sumber : Beritasatu.com