UU Ciptaker Beraroma Kepentingan Cina, Ini Jawaban Baleg DPR
Wakil Ketua Badan Legislasi DPR, Willy Aditya, menampik tudingan Undang-Undang Cipta kerja lebih memihak negara Cina. Menurutnya regulasi tersebut memang akan lebih banyak menarik minat investor asal Cina ke Indonesia.
Hal tersebut, ia tegaskan bukan berarti UU Ciptaker dibuat untuk mengakomodir investor asal negeri Tirai Bambu atau beraroma Cina.
“Jika nanti aliran modal yang masuk banyak berasal dari sana, itu karena ekonomi Cina sedang bertumbuh. Bila kita mengharapkan investasi datang dari Amerika Serikat, saat ini paman sam berkutat dengan persoalan resesi ekonomi,” jelasnya kepada Gatra.com di Pekanbaru, Minggu (18/10).
Ketua DPW Partai Nasdem Provinsi Riau itu mengatakan, semangat UU Ombibus law Ciptaker adalah mempermudah masuknya investasi. Hal ini diperlukan untuk menggairahkan ekonomi Indonesia yang masuk fase resesi.Selama ini, kendala masuknya investasi asing ke Indonesia dipengaruhi belantara perizinan. Oleh sebab itu pemerintah memerlukan kiat untuk memangkas rimba perizinan yang menjadi momok masuknya investasi.
“Regulasi tersebut tidak secara khusus diarahkan untuk investasi dari negara tertentu. Hanya saja peluang investasi yang masuk dari Cina lebih memungkinkan karena kecenderungan ekonomi negara itu yang membaik pasca terpaan Covid-19. Sedangkan ekonomi kebanyakan negara begerak ke arah sebaliknya,” ia menjelaskan.
Adapun ekonomi Cina tumbuh 3,2% (yoy) pada kuartal kedua tahun ini. Pulihnya pertumbuhan ekonomi “Negeri Panda” itu tak bisa dilepaskan dari respon cepat mereka membendung sebaran Covid-19 di Wuhan dengan menutup kota tersebut (lockdown). Selain itu membaiknya ekonomi Cina juga dipengaruhi oleh stimulus yang dilakukan pemerintah setempat.
Disebutkan Willy, regulasi UU Ciptaker merupakan inisiatif pemerintah untuk mensiasati kekecewaan, lantaran Indonesia bukan negara pilihan utama untuk berinvestasi jika terpaksa keluar dari Cina.
Asal tahu saja, perang dagang antara Amerika Serikat dengan Cina telah memaksa ratusan perusahaan hengkang dari pasar Cina. Perusahaan-perusahaan tersebut umumnya lebih melirik Vietnam ketimbang Indonesia. Ini lantaran regulasi di Hanoi lebih ramah investasi ketimbang Jakarta.
Sumber : gatra.com