Posted on / by / in Catatan

Aku Ingin Mendidikmu Sederhana

Kado Ulang Tahun III Dara Wita Anastasia

Siang di sebuah balai kota, ada taman bunga di sayap kiri dan kanannya, indah, asri dan tertata rapi. Di tengahnya terletak pendopo yang dilapisi karpet beludru dan beberapa orang memainkan gamelan. Ada kereta kencana yang diparkir di belakangnya.

Melangkah ke selasar gedung ada banyak tembikar dan ukiran kayu yang tersusun di antara dua pintu masuk ke gedungnya. Di depan ada pintu gerbang yang dikawal petugas dan tembok tinggi mengelilingi komplek tersebut.

Banyak  lukisan besar dipajang hampir di setiap dinding. Di antaranya ada lukisan harimau sebagai lambang keberanian dan kegagahan dalam tradisi siliwangi. Ada lukisan bung karno dengan tongkat komando serta seokor rajawali di atasnya.

Suasana pendopo ini begitu sunyi sehingga alun musik yang sedang dimainkan di gedung seberangnya bisa terdengar.

Aku mengirim pesan pendek pada emakmu, “aku ingin mendidikmu sederhana.” Maksudnya apa balas emakmu?

Daraku, pendopo sang bupati mirip dengan istana di Arendele tempat tinggal Putri Ana dan Elsa dalam cerita Frozen, kesukaanmu. Tidak setiap orang datang bisa bermain, menari dan berlari di taman bunga yang indah itu. Istana dan pendopo hanya dibuka untuk acara tertentu dan juga untuk kalangan terbatas.

Daraku, istana Arendele dan pendopo Bupati sama-sama mewah dan indah terletak di tengah kota simbol keagungan dan keindahan. Keagungan bagi Putri Ana dan Elsa atau Sang Bupati yang sepi dari teriakan para pedagang kaki lima, kumpulan anak sekolah yang membaca atau bocah yang menendang bola. Keindahan bagi orang tertentu yang sunyi bagi para penjaga gerbang, tukang sapu serta pemain gamelan.

Daraku, Putri Ana dan Putri Elsa tinggal di istana yang megah tapi mereka harus melompat tingginya tembok istana untuk mencari cinta sejati yang tumbuh dalam warna-warni di pasar, jalan-jalan desa yang penuh sampah, keringat, dan air mata.

Daraku, di Arendele dan di negeri kita juga, kemegahan dan kemewahan menjadi ukuran strata kehidupan. Sementara kebahagian dan cinta sejati menjadi sesuatu yang disembunyikan dalam relasi kemanusiaan.

Daraku,  istana yang megah, permata yang indah serta kedudukan yang tinggi, itu masih kulit dan raga peradaban anakku. Aku ingin dalam jiwamu, ruhmu, isi hatimu serta lakuku tumbuh budi yang mengerti tangis anak tetangga, keringat para pekerja, air mata para janda dan syukur nikmat pang Sang Pencipta.

Daraku, aku dan emakmu ingin kau jadi perempuan yang tidak silau melihat kilau permata apalagi silap pada harta dan benda yang fana. Semua kita sama anakku, hanya kepercayaan dan cinta pada Tuhan dan manusia yang menjadi pembeda di antara kita.

Daraku, aku ingin mendidikmu secara sederhana:

Dengan rasa yang bergerak sunyi kepada waktu yang menjadikan kau bahagia

Dengan laku yang bertindak sepi kepada ruang yang menjadikan kau berguna

Dara Wita Anastasia, selamat ulang tahun ketiga anakku sayang!

Jakarta, 3 Februari 2014 

Tinggalkan Balasan