Posted on / by Willy Aditya / in Berita

Anggota Komisi I DPR: Prabowo Harus Hati-hati Beli Jet Tempur Bekas

Anggota Komisi I DPR Willy Aditya meminta Menteri Pertahanan Prabowo Subianto agar rencana membeli pesawat tempur bekas Eurofighter jenis Thypoon harus prudent atau hati-hati. Pasalnya, rencana penambahan alat utama sistem persenjataan (alutsista) harus menyesuaikan sistem pertahanan komprehensif yang menjadi kebijakan umum pertahanan negara.

“Pembelian alutsista tanpa dasar kebijakan pertahanan justru akan terlihat sebagai belanja serampangan,” kata Willy di Jakarta, Jumat (24/7/2020).

Sebagaimana diketahui, Prabowo sedang melakukan negosiasi resmi langsung dengan pihak Austria mendapat sejumlah catatan dari wakil rakyat di DPR. Rencana pembelian jet tempur Typhoon ini hampir sejenis dengan Sukhoi-35.

Willy menjelaskan membeli pesawat, tank, senjata serbu, dan sebagainya harus ada dasarnya. Apalagi yang dibeli pesawat tempur udara jenis superfighter.

“Salah-salah kita bisa dilihat sedang mengubah strategi defensif aktif menjadi ovensif. Ini bisa jadi soal pertahanan dan politik luar negeri yang terlihat oleh negara lain,” jelas politisi dari Partai Nasdem ini.

Dia mengkritik adanya kesan tergesa-gesanya pembelanjaan APBN Kementerian Pertahanan. Menurutnya belanja alutsista apapun sah saja jika didahului dengan kajian komprehensif sistem pertahanan yang akan dibangun. DPR pun menurutnya tentu akan mendukung jika belanja alutsista memang merupakan hal yang mendasar dalam rangka pertahanan negara.

“Belanja alutsista semacam pesawat tempur ini bukan seperti belanja rutin lainnya. Ini adalah belanja strategis karenanya harus sangat hati-hati, disesuaikan dengan doktrin pertahanan dan politik luar negeri Indonesia. Tidak bisa cuma dengan alasan peremajaan atau alasan pembinaan trimatra,” ujarnya.

Willy melihat pembelian jenis pesawat tempur yang serupa namun dengan model yang berbeda akan menjadi tidak efisien dan akan membengkakkan anggaran.

“Dari jenis Thpoon yang mau dibeli ini kan sebenarnya kita sudah punya Sukhoi 35. Sistem perawatan, peralatan, suku cadang dan kebutuhan Sukhoi pun sudah disiapkan, kenapa justru beli yang berbeda lagi. Kalau beli yang berbeda, maka belanja lainnya untuk perbaikan, perawatan, suku cadang dan lainnyapun akan beda. Dampaknya akan juga berkenaan dengan APBN nantinya. Pak Prabowo harus pikirkan juga hal ini. Lebih baik beli dari model yang sama saja,” tutur Willy.

Willy menegaskan sebagai mantan komandan Kopassus, Prabowo tentu sangat memahami ancaman pertahanan negara, khususnya di matra darat. Namun kelebihan Prabowo harus diperkuat dengan kajian-kajian stretegis pertahanan negara yang lebih komprehensif.

“Kalau Amerika punya Network Centric Warfare (NCF) sebagai doktrin perangnya agar dapat menyesuaikan dengan kondisi dan perkembangan teknologi informasi. Lantas bagaimana dengan kita menghadapi perang asimetris. Ini yang harus dipikirkan lebih matang selain belanja ‘rutin’ alutsista. Pak Prabowo bisa memulai hal strategis ini. Jangan sampai dia dikerjain oleh anak buahnya dengan paksaan belanja alutsista,” tutup Willy.

Sumber : beritasatu.com

Tinggalkan Balasan