Posted on / by Willy Aditya / in Berita

Respons Santai NasDem Disindir PAN ‘Partai Ojol’

Jakarta – Ketua DPP NasDem Willy Aditya merespons santai sindiran PAN yang menganalogikan NasDem sebagai ‘partai ojol’. Willy percaya diri bahwa NasDem kini menjadi partai yang terdepan.

“Jadi bukan disindir oleh PAN, PAN kan sahabat NasDem. Tapi kalau diandaikan NasDem sebagai partai ojol ya hari ini fenomena sosial ya Indonesia bahkan mengekspor ojol ke Vietnam gitu kan. Udah lah, artinya NasDem sebagai partai yang trendsetter lah,” kata Willy kepada wartawan, Selasa (16/8/2022).

Willy tak mau ambil pusing atas sindiran atau kritik tersebut karena NasDem partai yang terbuka. Menurutnya, segala masukan terhadap NasDem akan menjadi catatan tersendiri, termasuk soal ‘partai ojol’.

“Kalau kita lihat ojol, partai ojol ya sekarang siapa yang menggunakan ojol, hampir semua orang menggunakan ojol. Maka hidup orang banyak tergantung ojol hari ini,” ucapnya.

Meski mendapat sindiran itu, Willy menegaskan komunikasi NasDem dan PAN berjalan baik. Menurutnya, PAN merupakan partai sahabat NasDem.

“Kami dengan Bang Zul dan lain sebagainya komunikasi bagus. Ya tentu NasDem sejauh ini kan keputusan rakernas ada tiga calon ya tentu kerja sama tentu harus berdasarkan keputusan itu, salah satunya mana yang paling bisa dipertemukan itu yang akan menjadikan kami untuk bisa saling bekerja sama satu dan lainnya,” imbuhnya.

PAN Singgung ‘Partai Ojol’
Seperti diketahui, Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) disebut tengah merayu PKS ataupun Demokrat untuk bergabung. PAN sebagai salah satu partai di koalisi itu tidak keberatan jika ada partai lain gabung.

“KIB menurut kebijakan ketua umum partai masing-masing masih terbuka dan akan senang jika ada parpol yang ikut berkoalisi. Iya jika NasDem berminat maka PAN tidak berkeberatan masuk di KIB. Karena dari perspektif ideologi dan platform partainya relatif tidak berbeda secara signifikan,” kata Waketum PAN Viva Yoga Mauladi, kepada wartawan, Selasa (16/8).

Ada isu berembus sejumlah parpol sebenarnya enggan berkoalisi dengan NasDem karena isu ‘pembajakan’ partai. PAN merespons santai isu tersebut, namun tetap melempar sindiran.

“Jika ada praktik bajak-membajak antarkader partai, itu fenomena khas budaya politik Indonesia. Politisi pindah partai politik di era reformasi menjelang pemilu sudah bukan hal aneh dan mewah lagi,” ujarnya.

Meski menganggap hal biasa, Viva mengatakan praktik pemindahan pemain politik merugikan kewibawaan partai. Viva lantas menyinggung partai ojol yang hanya dijadikan kendaraan politik untuk syarat konstitusional.

“Praktik transfer pemain politik seperti itu sangat merugikan kewibawaan partai. Fungsi partai politik sebagai pilar demokrasi, tempat rekrutmen dan seleksi kepemimpinan nasional dan daerah, terdegradasi menjadi ‘partai ojol’, yaitu partai hanya digunakan untuk kendaraan politik sebagai syarat konstitusional dengan kompensasi tertentu untuk mengusung figur tersebut,” ujarnya.

Peliput: Detik.com

Tinggalkan Balasan